Recent

Saturday, May 14, 2011

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah


Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala.
Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati, jangan sampai terpengaruh dengan dunia dan hawa nafsu.
Musyahadah : Menyaksikan dengan jiwa akan kebesaran Allah Ta’ala dan alam ghaib yang penuh dengan keajaiban da kebesaran Allah Ta’ala.

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ akhirat itu ialah banyak memperhatikan ilmu batin, dengan muraqabah hati, dengan mengenal jalan akhirat, cara menempuhnya, dan benar-benar berharap menyingkap hal yang demikian itu dengan mujahadah dan muraqabah.

Sesunguhnya mujahadah itu membawa kepada musyahadah dan ilmu hati yang halus-halus, dimana dengan ilmu-ilmu itu terpancarlah segala sumber hikmat dari hati.

Adapun kitab-kitab dan segala pengajaran, tidaklah mencukupi untuk kita mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. Tetapi hikmat yang diluar hinggaan dan tak terhitung itu hanya terbuka dengan mujahadah, muraqabah, langsung mengerjakan amalan dzahir dan amalan batin dan duduk beserta Allah Ta’ala dalam sebuah khilwah (persemadian), serta menghadirkan hati (jiwa) dengan pikiran yang putih bersih, terputus dari yang lain dan langsung kepada Allah Ta’ala.
Itulah kunci ilham dan sumber kasyaf (terbukanya hijab).

Berapa banyak pelajar yang sudah lama belajar tetapi sanggup menangkap sepatah katapun dari apa yang didengarnya. Dan berapa banyak pelajar memilih yang penting-penting saja dalan pelajarannya, menyenpurnakan amal dan muraqabah hati, tapi dibukakan oleh Allah Ta’ala kepadanya ilmu-ilmu hikmat yang sangat halus, yang mengherankan akal orang-orang yang bermata hati.

Dan karena itulah Nabi Muhammad SAW bersabda : “Barangsiapa mengerjakan sesuatu yang diketahuinya, niscaya diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya ilmu pengetahuan yang belum pernah diketahuinya”.

Pada sebagian kita-kitab lama menyebutkan : “Hai Bani Israil, janganlah mengatakan ilmu itu ada dilangit, lantas siapakah yang menurunkannya ke bumi? Janganlah kamu mengatakan ilmu itu ada di perut bumi, lantas siapakah yang mengeluarkannya ke atas bumi? Dan janganlah kamu mengatakan ilmu itu ada di seberang lautan, lantas siapakah yang membawanya kemari? Ilmu itu dijadikan di dalam hatimu. Beradablah dihadapkanKu dengan adab orang-orang ruhaniah (ruhaniyyin), berbudi pekertilah kepadaKu dengan budi pekerti shiddiqin, maka akan Aku lahirkan ilu itu di dalam hatimu sehingga menutupimu dengan kebaikan dan kelebihan ilmu”.

Berkata Sahl bin Abdullah At-Tusturi r.a.: “Keluarlah orang-orang yang berilmu (Ulama’), orang-orang ahli ibadah (Ubbad), dan orang-orang zuhud (Zuhhad) dari dunia ini. Hati mereka terkunci dan tidak terbuka selain kepada orang-orang shiddiqin dan syuhada’ (orang-orang syahid)”. Kemudian Sahl membaca firman Allah Ta’ala : “Wa ‘indahu mafatihul ghaib, la ja’lamuha illa hu”. (Dan disisi Allah kunci-kunci perkara yang ghaib, tidak ada yang tahu, selain Allah) –S. Al-An’am, ayat: 59.

Jika bukan pengetahuan hati dari orang-orang yang memiliki nur kebatinan, yang menjadi hakim atas ilmu-ilmu dzahir, tentu tidaklah Rasulullah SAW bersabda : “Mintalah fatwa kepada hatimu, walaupun orang lain telah berfatwa kepadamu..telah berfatwa kepadamu..telah berfatwa kepadamu!”.

Rasulullah SAW bersabda akan wahyu yang diriwayatkan dari Tuhannya Yang Maha Tinggi : “Senantiasalah hambaKu mendekatkan dirinya kepadaKu dengan amal ibadah sunnat, sehingga Aku sayang kepadanya. Apabila Aku telah saying kepadanya, maka adalah Aku pendengarnya, dimana ia mendengar dengan pendengaran itu”.

Berapa banyak pengertian-pengertian yang halus dari rahasia-rahasia Al-Qur-an yang terguris dalam hati orang-orang yang berdzikir dan berfikir kepada Tuhan semata, yang tidak disebutkan dalam kitab-kitab tafsir dan tidak sampai kepadanya pandangan ahli-ahli tafsir yang utama.
Apabila terbuka hal yang demikian itu bagi murid yang ber-muraqabah, lalu dikemukakannya kepada Ulama’-ulama’ tafsir, niscaya mereka akan menerimanya dengan baik. Dan mereka itu mengetahui bahwa yang demikian itu adalah diantara pemberitahuan hati yang suci dan Rahmat Allah Ta’ala dengan cita-cita yang tinggi yang dicurahkan kepada murid tersebut.

Dan begitu pula tentang ilmu mukasyafah dan segala rahasia ilmu mu’amalah serta bisikan-bisikan hati yang halus. Maka tiap-tiap ilmu dari ilmu-ilmu ini adalah ibarat lautan yang tak terduga dalamnya. Kebanyakan orang hanya berkecimpung sekedar yang ia lihat dengan mata mereka, mereka seperti sekedar memakan buah saja tapi tak mau memikirkan dari mana asal buah itu

2 comments: